Menurut Prabowo "Penyakit Korupsi di Indonesia itu sama Seperti Kanker Stadium 4"

ChannelRakyat. Prabowo Subianto mengatakan, dia frustrasi dengang tingkat korupsi yang terjadi di Indonesia. Menurutnya, kemiskinan yang terjadi karena efek korupsi bisa mendorong masyarakat Muslim Indonesia–yang cenderung moderat–menjadi radikal. Jika terpilih, ia ingin menegakkan demokrasi.

Membandingkan korupsi yang “merajalela dan masif” di Indonesia dengan “kanker stadium 4”, kandidat calon presiden Indonesia Prabowo Subianto menekankan perlunya pemilu yang adil, pemerintahan yang bersih dan sistem berbasis aturan.

Jika terpilih, prioritas pertamanya adalah untuk mengumpulkan tim dari orang-orang “terbaik dan tercerdas” dengan integritas untuk melaksanakan reformasi untuk mewujudkan pemerintahan yang bersih dan tidak korup, katanya pada hari Selasa (27/11).

Di pemilu presiden April mendatang, Prabowo akan melawan Presiden Joko Widodo, dalam pertandingan ulang pemilu presiden 2014 di mana ia kalah tipis.

Sementara kampanye, yang dimulai pada bulan September, belum santer dilakukan, jajak pendapat dari perusahaan penelitian dan konsultan menunjukkan bahwa Joko Widodo—yang juga dikenal sebagai Jokowi—memiliki keunggulan signifikan atas penantangnya tersebut.

Berbicara di jamuan makan malam The Economist “The World in 2019” di hotel Grand Hyatt di Singapura, Prabowo mengatakan bahwa ia berkomitmen untuk menegakkan demokrasi.

Demokrasi berarti memiliki pemilu yang adil, yang tergantung pada daftar pemilih yang bersih, tambahnya. Indonesia adalah negara demokrasi terbesar ketiga di dunia, di belakang India dan Amerika Serikat.

Seorang pemilih yang berpendidikan baik juga diperlukan agar demokrasi dapat berkembang, tetapi Prabowo mengatakan bahwa 55 persen dari “masyarakat Indonesia buta huruf secara fungsional”.

Sekitar 187 juta orang Indonesia memenuhi syarat untuk memilih dalam pemilu presiden dan legislatif tahun depan. Sebelumnya dilaporkan bahwa Komisi Pemilu negara itu telah memperbarui angka itu setelah menghapus lebih dari 670.000 nama menyusul keluhan rangkap nama.

Prabowo, yang merupakan ketua Partai Gerindra yang membentuk oposisi utama bersama dengan dua partai Islam, menyatakan putus asa atas demokrasi di negaranya, menunjuk pada budaya kecurangan dalam pemilu.

‘BERPACU DENGAN WAKTU UNTUK MEMBERANTAS KORUPSI’

“Masalah utamanya di Indonesia adalah korupsi yang merajalela dan masif. Menurut saya, ini sudah menjadi kanker yang sudah mencapai mungkin stadium 4,” katanya.

Dia percaya bahwa birokrasi dan politik yang bersih akan menarik bisnis untuk berinvestasi di Indonesia, dan menunjuk pada kisah sukses Singapura, yang katanya sebagian besar karena pemerintah yang bersih yang mematuhi aturan hukum.

“Ini adalah apa yang dibutuhkan Indonesia. Indonesia perlu bertindak bersama,” kata Prabowo, seraya menambahkan bahwa negaranya sedang berpacu dengan waktu untuk memberantas korupsi dan memiliki masyarakat yang bersih dan meritokratis.

Akhir-akhir ini, Prabowo telah dibandingkan dengan Presiden Amerika Serikat Donald Trump dengan retorika nasionalisnya. Mantan jenderal itu telah dikutip mengatakan, “Mengapa orang-orang Indonesia takut mengatakan ‘Indonesia first, make Indonesia great again?’”, yang menggemakan slogan “Make America Great Again” milik Trump.

Ditanya tentang perbandingan itu, Prabowo mengatakan bahwa dia “tidak terlalu fasih” pada situasi politik AS. Selain itu, “Saya sangat rendah hati,” dia menyindir.

Dia mengakui bahwa Trump telah terasing oleh beberapa segmen negaranya, tetapi mengatakan bahwa aspirasi presiden Amerika untuk membela kepentingan negaranya harus dihormati.

Selama dialog itu, Prabowo mengklaim bahwa bahkan ketika dia menjadi jenderal di bawah rezim mantan Presiden Suharto, dia telah menekankan perlunya militer untuk tetap terpisah dari politik. Dulu almarhum Suharto menggunakan militer untuk menumpas para pembangkang dan penduduk etnis China.

Moderator dialog Daniel Franklin—editor eksekutif dan diplomatik di The Economist—kemudian berkomentar bahwa Prabowo pernah menggambarkan mahasiswa yang memprotes rezim Suharto sebagai pengkhianat. Sebagai tanggapan, Prabowo mengatakan dia “tidak ingat telah mengatakan itu”.

“Dulu saya hanya melakukan tugas saya,” katanya di depan sekitar 200 hadirin, yang terdiri dari sebagian besar pemimpin bisnis.

Saat ditanya oleh salah satu audiens atas pemikirannya tentang radikalisme yang menjadi tantangan bagi Indonesia, Prabowo mengatakan dia yakin bahwa mayoritas Muslim di negaranya “moderat dan tidak ingin terseret ke dalam radikalisme”.

Tetapi rasa tidak berdaya dan frustrasi karena kemiskinan dapat membuat beberapa orang rentan terhadap pengaruh radikal, katanya.

Pembicara lain pada jamuan makan malam itu termasuk Anggota Parlemen Malaysia, Nurul Izzah Anwar, putri Anwar Ibrahim, serta CEO perusahaan ride-hailing Grab, Anthony Tan.

Nurul Izzah berbicara tentang bagaimana para pemimpin muda di Malaysia mampu beradaptasi dengan waktu dan melibatkan pemilih, sementara Tan berbicara tentang model ride-hailing.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

di Aksi Bela Tauhid Jilid II Bergemadi Aksi Bela Tauhid Jilid II

Prabowo Menyindir Ke Elite Politik Yang Kerap Bohong Soal Kondisi Indonesia

Elite Demokrat: Hampir Setiap Hari Jokowi Melontarkan Narasi Tak Berisi